7 MANFAAT DARI AIR MATA TANGISAN
Siapa bilang menangis tak ada gunanya?
Kelamaan menangis memang bisa bikin mata merah dan
bengkak.
Tapi jangan salah, menangis dan mengeluarkan air
mata ternyata bisa jadi obat ajaib yang berguna bagi kesehatan tubuh dan
pikiran.
Dikutip dari Beliefnet, ini dia 7 keajaiban yang
bisa kita dapatkan setelah menangis dan berair mata.
1. Membantu penglihatan
Air mata ternyata membantu penglihatan seseorang,
jadi bukan hanya mata itu sendiri. Cairan yang keluar dari mata dapat mencegah
dehidrasi pada membran mata yang bisa membuat penglihatan menjadi kabur.
2. Membunuh bakteri
Tak perlu obat tetes mata, cukup air mata yang
berfungsi sebagai antibakteri alami. Di dalam air mata terkandung cairan yang
disebut dengan lisozom yang dapat membunuh sekitar 90-95 persen bakteri-bakteri
yang tertinggal dari keyboard komputer, pegangan tangga, bersin dan
tempat-tempat yang mengandung bakteri, hanya dalam 5 menit.
3. Meningkatkan mood
Seseorang yang menangis bisa menurunkan level depresi
karena dengan menangis, mood seseorang akan terangkat kembali. Air mata yang
dihasilkan dari tipe menangis karena emosi mengandung 24 persen protein albumin
yang berguna dalam meregulasi sistem metabolisme tubuh dibanding air mata yang
dihasilkan dari iritasi mata.
4. Mengeluarkan racun
Seorang ahli biokimia, William Frey telah melakukan
beberapa studi tentang air mata dan menemukan bahwa air mata yang keluar dari
hasil menangis karena emosional ternyata mengandung racun.
Tapi jangan salah, keluarnya air mata yang beracun
itu menandakan bahwa ia membawa racun dari dalam tubuh dan mengeluarkannya
lewat mata.
5. Mengurangi stres
Bagaimana menangis bisa mengurangi stres ? Air mata
ternyata juga mengeluarkan hormon stres yang terdapat dalam tubuh yaitu
endorphin leucine-enkaphalin dan prolactin.
Selain menurunkan level stres, air mata juga
membantu melawan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh stres seperti tekanan
darah tinggi.
6. Membangun Komunitas
Selain baik untuk kesehatan fisik, menangis juga
bisa membantu seseorang membangun sebuah komunitas. Biasanya seseorang menangis
setelah menceritakan masalahnya di depan teman-temannya atau seseorang yang
bisa memberikan dukungan, dan hal ini bisa meningkatkan kemampuan berkomunikasi
dan juga bersosialisasi.
7. Melegakan Perasaan
Semua orang rasanya merasa demikian. Meskipun kita
didera berbagai macam masalah dan cobaan, namun setelah menangis biasanya akan
muncul perasaan lega.
Setelah menangis, sistem limbik, otak dan jantung
akan menjadi lancar, dan hal itu membuat seseorang merasa lebih baik dan lega.
Keluarkanlah masalah di pikiranmu lewat menangis, jangan dipendam karena kita
bisa menangis meledak-ledak.
Jadi, meskipun anda seorang laki-laki, tidak
apa-apa kalau kita menangis sesekali.
-------------------------------------------------------------------------------------
MENANGIS KARENA TAKUT KEPADA ALLAH
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak
akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah
sampai susu [yang telah diperah] bisa masuk kembali ke tempat keluarnya.” (HR.
Tirmidzi [1633]).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari ketika
tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; [1] seorang pemimpin yang adil, [2]
seorang pemuda yang tumbuh dalam [ketaatan] beribadah kepada Allah ta’ala, [3]
seorang lelaki yang hatinya bergantung di masjid, [4] dua orang yang saling
mencintai karena Allah; mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya, [5] seorang
lelaki yang diajak oleh seorang perempuan kerkedudukan dan cantik [untuk
berzina] akan tetapi dia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’, [6]
seorang yang bersedekah secara sembunyi-sumbunyi sampai-sampai tangan kirinya
tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan [7] seorang yang
mengingat Allah di kala sendirian sehingga kedua matanya mengalirkan air mata
(menangis).” (HR. Bukhari [629] dan Muslim [1031]).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda, “Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang
menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di malam
hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam [jihad] di jalan Allah.”
(HR. Tirmidzi [1639], disahihkan Syaikh al-Albani dalam Sahih Sunan at-Tirmidzi
[1338]).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak
ada yang lebih dicintai oleh Allah selain dua jenis tetesan air dan dua bekas
[pada tubuh]; yaitu tetesan air mata karena perasaan takut kepada Allah, dan
tetesan darah yang mengalir karena berjuang [berjihad] di jalan Allah. Adapun
dua bekas itu adalah; bekas/luka pada tubuh yang terjadi akibat bertempur di
jalan Allah dan bekas pada tubuh yang terjadi karena mengerjakan salah satu
kewajiban yang diberikan oleh Allah.” (HR. Tirmidzi [1669] disahihkan oleh
Syaikh al-Albani dalam Sahih Sunan at-Tirmidzi [1363])
Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma mengatakan,
“Sungguh, menangis karena takut kepada Allah itu jauh lebih aku sukai daripada
berinfak uang seribu dinar!”.
Ka’ab bin al-Ahbar rahimahullah mengatakan,
“Sesungguhnya mengalirnya air mataku sehingga membasahi kedua pipiku karena
takut kepada Allah itu lebih aku sukai daripada aku berinfak emas yang besarnya
seukuran tubuhku.”
Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan; suatu
ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Bacakanlah
al-Qur’an kepadaku.” Maka kukatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah
saya bacakan al-Qur’an kepada anda sementara al-Qur’an itu diturunkan kepada
anda?”. Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya aku senang mendengarnya dibaca oleh
selain diriku.” Maka akupun mulai membacakan kepadanya surat an-Nisaa’. Sampai
akhirnya ketika aku telah sampai ayat ini (yang artinya), “Lalu bagaimanakah
ketika Kami datangkan saksi bagi setiap umat dan Kami jadikan engkau sebagai
saksi atas mereka.” (QS. an-Nisaa’ : 40). Maka beliau berkata, “Cukup, sampai
di sini saja.” Lalu aku pun menoleh kepada beliau dan ternyata kedua mata
beliau mengalirkan air mata.” (HR. Bukhari [4763] dan Muslim [800]).
Dari Ubaidullah bin Umair rahimahullah, suatu saat
dia pernah bertanya kepada Aisyah radhiyallahu’anha, “Kabarkanlah kepada kami
tentang sesuatu yang pernah engkau lihat yang paling membuatmu kagum pada diri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”. Maka ‘Asiyah pun terdiam lalu
mengatakan, “Pada suatu malam, beliau (nabi) berkata, ‘Wahai Aisyah, biarkanlah
malam ini aku sendirian untuk beribadah kepada Rabbku.’ Maka aku katakan, ‘Demi
Allah, sesungguhnya saya sangat senang dekat dengan anda. Namun saya juga
merasa senang apa yang membuat anda senang.’ Aisyah menceritakan, ‘Kemudian
beliau bangkit lalu bersuci dan kemudian mengerjakan shalat.’ Aisyah berkata,
‘Beliau terus menerus menangis sampai-sampai basahlah bagian depan pakaian
beliau!’. Aisyah mengatakan, ‘Ketika beliau duduk [dalam shalat] maka beliau
masih terus menangis sampai-sampai jenggotnya pun basah oleh air mata!’. Aisyah
melanjutkan, ‘Kemudian beliau terus menangis sampai-sampai tanah [tempat beliau
shalat] pun menjadi ikut basah [karena tetesan air mata]!”. Lalu datanglah
Bilal untuk mengumandangkan adzan shalat (Subuh). Ketika dia melihat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis, Bilal pun berkata, ‘Wahai Rasulullah,
anda menangis? Padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah berlalu
maupun yang akan datang?!’. Maka Nabi pun menjawab, ‘Apakah aku tidak ingin
menjadi hamba yang pandai bersyukur?! Sesungguhnya tadi malam telah turun
sebuah ayat kepadaku, sungguh celaka orang yang tidak membacanya dan tidak
merenungi kandungannya! Yaitu ayat (yang artinya), “Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi….dst sampai selesai” (QS. Ali Imran : 190).” (HR.
Ibnu Hiban [2/386] dan selainnya. Disahihkan Syaikh al-Albani dalam Sahih
at-Targhib [1468] dan ash-Shahihah [68]).
Mu’adz radhiyallahu’anhu pun suatu ketika pernah
menangis tersedu-sedu. Kemudian ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu
menangis?”. Maka beliau menjawab, “Karena Allah ‘azza wa jalla hanya mencabut
dua jenis nyawa. Yang satu akan masuk surga dan satunya akan masuk ke dalam
neraka. Sedangkan aku tidak tahu akan termasuk golongan manakah aku di antara
kedua golongan itu?”.
al-Hasan al-Bashri rahimahullah pun pernah
menangis, dan ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau
menjawab, “Aku khawatir besok Allah akan melemparkan diriku ke dalam neraka dan
tidak memperdulikanku lagi.”
Abu Musa al-Asya’ri radhiyallahu’anhu suatu ketika
memberikan khutbah di Bashrah, dan di dalam khutbahnya dia bercerita tentang
neraka. Maka beliau pun menangis sampai-sampai air matanya membasahi mimbar!
Dan pada hari itu orang-orang (yang mendengarkan) pun menangis dengan tangisan
yang amat dalam.
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu menangis pada saat
sakitnya [menjelang ajal]. Maka ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu
menangis?!”. Maka beliau menjawab, “Aku bukan menangis gara-gara dunia kalian
[yang akan kutinggalkan] ini. Namun, aku menangis karena jauhnya perjalanan
yang akan aku lalui sedangkan bekalku teramat sedikit, sementara bisa jadi
nanti sore aku harus mendaki jalan ke surga atau neraka, dan aku tidak tahu
akan ke manakah digiring diriku nanti?”.
Suatu malam al-Hasan al-Bashri rahimahullah
terbangun dari tidurnya lalu menangis sampai-sampai tangisannya membuat segenap
penghuni rumah kaget dan terbangun. Maka mereka pun bertanya mengenai keadaan
dirinya, dia menjawab, “Aku teringat akan sebuah dosaku, maka aku pun
menangis.”
Saya [penyusun artikel] berkata: Kalau al-Hasan
al-Bashri saja menangis sedemikian keras karena satu dosa yang diperbuatnya,
lalu bagaimanakah lagi dengan orang yang mengingat bahwa jumlah dosanya tidak
dapat lagi dihitung dengan jari tangan dan jari kaki? Laa haula wa laa quwwata
illa billah! Alangkah jauhnya akhlak kita dibandingkan dengan akhlak para
salafush shalih? Beginikah seorang salafi, wahai saudaraku? Tidakkah dosamu
membuatmu menangis dan bertaubat kepada Rabbmu? “Apakah mereka tidak mau
bertaubat kepada Allah dan meminta ampunan kepada-Nya? Sementara Allah Maha
pengampun lagi Maha penyayang.” (lihat QS. al-Maa’idah : 74). Aina nahnu min
haa’ulaa’i? Aina nahnu min akhlagis salaf? Ya akhi, jadilah salafi sejati!
Disarikan dari al-Buka’ min Khas-yatillah, asbabuhu
wa mawani’uhu wa thuruq tahshilihi, hal. 4-13 karya Abu Thariq Ihsan bin
Muhammad bin ‘Ayish al-’Utaibi, tanpa penerbit, berupa file word.